BAHAYA LIDAH
Barangkali semuanya (umat Islam) mengetahui bahwa ucapan keji,
melaknat, dan menggunjing termasuk kepada amalan lisan yang berbahaya
(diharamkan). Namun bagaimana halnya dengan ucapan yang tidak berguna
-walaupun hanya sekadar bertanya atau berbasa-basi-, banyak bicara,
berdebat -walaupun katanya untuk “kebaikan”-, berlagak fasih, dan
menyanjung? Kebanyakan umat Islam akan menganggap biasa hal-hal
tersebut, atau bahkan sama sekali menganggapnya sebagai perkara yang
baik. Padahal jika dikaji maka akan diketahui betapa besarnya bahaya
yang dapat ditimbulkan dari amalan lisan yang dianggap “lumrah”
tersebut.
Itulah beberapa bahaya dari dua puluh bahaya lisan yang
dijabarkan oleh Imam Ghazali dalam bukunya, “Bahaya Lisan”. Lisan
sebagai salah satu nikmat Allah yang sangat besar seringkali tidak
diperhatikan, dijaga, dan tidak dipenuhi hak dan kewajibannya oleh
manusia. Pentingnya berhati-hati dalam menggunakan lisan seringkali
tidak diketahui atau malah diabaikan oleh mayoritas umat Islam. Padahal
Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa menjaga lisan (diam) adalah salah
satu tanda kebijaksanaan sekaligus penyebab keselamatan seseorang.
Sepatutnya
kita mengetahui bahwa seorang manusia tidak akan tercampakkan ke jurang
neraka kecuali melalui lisannya. Manusia juga tidak akan selamat dari
kekejaman lisan, kecuali mereka yang mengikat erat lisannya dengan
kendali syariat, serta tidak mengatakan kecuali sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya untuk kepentingan dunia dan akhirat. Lalu mencegah lisannya
dari setiap bahaya yang ditakuti pada masa sekarang maupun masa yang
akan datang.
Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa ingin selamat, hendaknya membiasakan diam!” (HR. Ibnu Abi Dunya dan Baihaki)
Juga sabda beliau SAW yang lain,
“Barangsiapa
banyak bicara, niscaya banyak kesalahannya. Barangsiapa banyak
kesalahannya, niscaya banyak dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya,
maka neraka lebih utama baginya.” (HR. Abu Nuaim di dalam al-Hiliyah)
Masih
banyak lagi hadits yang berkaitan dengan bahaya lisan dan pentingnya
menjaga lisan yang akan ditemui dalam buku ini. Ditambah dengan
perkataan dan nasihat dari para sahabat dan tabi’in yang sangat
berhati-hati dalam menggunakan lisan. Di antaranya adalah perkataan
Hasan, beliau berkata, “Orang yang tidak bisa menjaga lisannya, berarti tidak memahami agamanya!”
Demikianlah,
melalui buku “sederhana” (karena tidak begitu besar dan tidak begitu
tebal) ini penulis (Imam Ghazali) akan menjelaskan satu persatu dari
semua bahaya lisan sebagaimana yang banyak dilakukan oleh kebanyakan
manusia yang tidak berhati-hati. Bahkan mereka yang mengaku dai atau
seorang yang pemberani sekalipun tak luput dari khilaf dalam menjaga
lisan. Dengan gaya penulisan yang “tidak banyak bicara”, setiap materi
disampaikan dan dijelaskan secara ringan (baik) sehingga mudah dipahami.
Pun dengan pembahasan yang mengena akan membuat pembaca dapat langsung
mengintrospeksi diri dan menyadari kelemahan diri yang seringkali tidak
bijak dalam menggunakan lisan. Pantaslah buku terbitan Qisthi Press ini
dikatakan sebagai salah satu buku berpredikat “Best Seller”.